Rabu, 06 Juli 2016

Profesi Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)





Kebutuhan akan keselamatan dan kesehatan kerja di masyarakat semakin meningkat sebagai dampak dari globalisasi dan perdagangan bebas. Keberadaan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menjamin perkembangan investasi industri di Indonesia. Kebutuhan K3 yang semakin meningkat tidak hanya pada masyarakat industri (sektor formal) tetapi juga penting bagi masyarakat khususnya pelaku sektor usaha skala kecil dan menengah (small medium enterprise). Oleh karena itu,profesi di bidang K3 pun makin banyak dibutuhkan. Namun antusiasme masyarakat untuk mengambil pendidikan atau profesi di bidang ini nampaknya masih kurang. Mungkin karena bidang ini tidak sepopuler bidang yang lain, padahal bidang K3 merupakan bidang yang menarik. Profesi K3 banyak ragamnya, diantaranya sebagai konsultan K3, tenaga profesional di industri / perusahaan, pengajar/akademisi, peneliti, dsb.
K3 umunya dijadikan satu dengan bidang lingkungan (K3L) atau dalam bahasa Inggris disebut EHS (environment, health & safety), begitu pula di perusahaan, divisi yang mengurusi bidang ini dinamai divisi EHS (ada juga yang menamai HSE, SHE dsb yang pada intinya sama). Oleh karena itu, professional-profesional K3 yang bekerja di industri / perusahaan berada di divisi ini. Istilah dan jabatan dalam divisi ini beragam mulai dari safety officer, EHS staff atau semacamnya.
Kesehatan kerja atau K3 dalam sistemnya yang utuh tersusun atas empat komponen yakni (1) promosi kesehatan pekerja, (2) higiene Industri, (3) ergonomi industri, (4) pengembangan organisasi kerja dan budaya yang mendukung kesehatan. Karena itu jobdesk atau tugas profesi K3 juga pasti tidak akan jauh-jauh dari keempat komponen tersebut. Untuk tugas profesional di bidang K3.
Profesi di bidang kesehatan kerja atau K3 sendiri secara mendasar bisa dibagi menjadi 3 jenis meliputi:
 1.    Profesi keselamatan kerja
 2.    Profesi kedokteran kerja
 3.    Profesi higiene industri (industrial hygiene)
Secara kasar, keselamatan kerja lebih bersifat teknik / rekayasa (engineering) dan kedokteran kerja lebih bersifat medis, sedangkan higiene industri adalah yang menghubungkan keduanya. Di lapangan, jenis profesi keselamatan kerja dan higiene industri sering disatukan sehingga terkesan tidak ada perbedaan yang berarti.
Lalu siapa saja yang biasanya bekerja atau berprofesi di bidang K3? Beberapa referensi menyebutkan bahwa untuk berprofesi di bidang K3 harus mempunyai dasar sains dan engineering. K3 adalah bidang yang multidisipliner, oleh karena itu banyak latar belakang pendidikan yang bisa menjadi profesional di bidang K3. Secara lebih rinci berikut orang-orang yang biasanya berprofesi sebagai K3:
1. Lulusan K3 kesehatan masyarakat
Lulusan K3 kesehatan masyarakat (kesmas) / public health adalah lulusan fakultas kesehatan masyarakat dengan jurusan / konsentrasi K3 atau sering disebut sebagai hiperkes (higiene perusahaan dan kesehatan kerja). Jurusan ini merupakan salah satu jurusan yang menggunakan ‘judul’ K3. Jadi otomatis lulusannya juga berprofesi di bidang K3 karena konsentrasinya memang di bidang K3. Jurusan K3 seperti ini juga ada yang berada di bawah fakultas kedokteran dan ada pula yang berupa jurusan mandiri (tidak terikat dengan jurusan bidang kesehatan lainnya) atau bahkan berupa akademi khusus.
2. Engineer / insinyur
Engineer memiliki kelebihan dalam mendesain dan merekayasa. Engineer juga memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai teknologi-teknologi yang digunakan di tempat kerja seperti mesin, proses dsb sehingga sangat baik dalam mendesain atau redesain elemen atau sistem kerja agar lebih safe. Engineer atau insinyur yang mempelajari bidang K3 biasanya adalah health & safety engineer atau seringkali disebut sebagai safety engineer saja (lulusan atau insinyur teknik K3) dan industrial engineer (insinyur teknik industri). Teknik K3 (health & safety engineering) sebenarnya hampir sama dengan K3 yang berada di lingkungan fakulas kesmas namun memiliki beberapa perbedaan karena teknik K3 berada di lingkungan teknik / engineering. Sampai saat ini saya baru pernah mendengar tiga program studi teknik K3 / safety engineering di Indonesia. Industrial engineering atau teknik industri memiliki beberapa konsentrasi dan cakupannya luas sehingga industrial engineer memiliki bidang profesi yang juga luas. Salah satu konsentrasi tersebut adalah ergonomi / human factors & perancangan sistem kerja. Konsentrasi ini sangat berkaitan dengan K3 di tempat kerja. Bahkan beberapa referensi menyebutkan bahwa health & safety engineering itu serupa dengan industrial engineering dalam banyak hal. Walaupun ergonomi juga dikenal di semua pendidikan yang berhubungan dengan K3 seperti kesmas dsb, namun ergonomi paling banyak dikaitkan dengan industrial engineering karena disini ergonomi paling intens dipelajari secara mendalam, paling luas cakupannya (fisik, kognitif, dsb) serta karena ergonomi berbicara mengenai desain dan engineering-lah yang paling berhubungan dengan desain. Ahli di bidang ergonomi disebut ergonom atau dalam bahasa inggris disebut ergonomist, karena itu banyak pula industrial engineer (yang mengambil konsentrasi di ergonomi) yang menyebut dirinya sebagai ergonom walaupun ergonom sebenarnya bisa saja berlatar pendidikan K3 kesmas atau sejenisnya. Mengenai ergonom. Ergonomi dikenal juga dengan human factors, karena itu ergonom juga sering diasosiasikan dengan human factors engineer atau human engineer. Selain mempunyai konsentrasi di ergonomi & perancangan sistem kerja, industrial engineer juga mampu menyelaraskan atau mengintegrasikan K3 dengan konsep lean atau sejenisnya yang sepertinya akhir-akhir ini sering diperbincangkan. Engineer lain seperti mechanical engineer (insinyur teknik mesin) juga bisa berprofesi di bidang K3 (masih ‘saudara’ dengan industrial engineer), dan environmental engineer (insinyur teknik lingkungan) juga ahli dalam K3L/EHS walaupun lebih ke environment-nya. Selain itu engineer lain juga bisa berprofesi di bidang ini sesuai dengan jenis industrinya, misalnya industri kimia akan membutuhkan chemical engineer (insinyur teknik kimia) dalam divisi K3nya, industri konstruksi akan membutuhkan civil engineer (insinyur teknik sipil), industri perminyakan akan membutuhkan petroleum engineer (insinyur teknik perminyakan), industri pertambangan akan membutuhkan mining engineer (insinyur teknik pertambangan), begitu pula dengan electrical engineering (insinyur teknik elektro), nuclear engineering (insinyur teknik nuklir), dsb.
3. Dokter
Dokter yang bekonsentrasi pada bidang K3 adalah dokter spesialis okupasi. Sampai saat ini saya baru tahu satu universitas yang menyelenggarakan program pendidikan dokter spesialis okupasi di Indonesia. Selain itu, di bidang kedokteran juga ada magister kedokteran kerja dan magister ergonomi.
Lulusan K3 kesmas, engineer, dan dokter sebenarnya masing-masing mempunyai peran yang berbeda-beda dalam K3. Namun semua pihak harus bisa bekerja sama untuk mewujudkan K3 yang lebih baik. Lulusan K3 kesmas dan engineer biasanya mengisi jenis profesi keselamatan kerja dan higiene industri. Nama posisi di perusahaan seperti safety officer, EHS staff atau semacamnya seperti yang telah disebutkan di atas juga tergolong dalam jenis profesi keselamatan kerja dan hygiene industri, oleh karena itu mayoritas safety officer dan EHS staff atau semacamnya diisi oleh lulusan K3 kesmas dan engineer. Sedangkan kedokteran okupasi sudah pasti mengisi jenis profesi kedokteran kerja dan di perusahaan mungkin lebih sering menduduki posisi dokter perusahaan. Di luar perusahaan atau industri, jenis profesi keselamatan kerja dan higiene industri banyak yang menjadi konsultan K3 sedangkan dokter spesialis okupasi banyak yang bekerja di rumah sakit atau klinik. Sedangkan sisanya menjadi akademisi, peneliti, dsb.
Selain tiga jenis profesi keselamatan kerja, kedokteran kerja, dan higiene industri, beberapa referensi juga menambahkan dua jenis profesi yakni perawat kesehatan kerja (occupational health nurse) dan ahli manajemen kesehatan kerja sehingga secara lengkap ada lima jenis profesi di bidang K3. Kebutuhan profesional di bidang K3 di Indonesia terus berkembang dari periode ke periode. Dilihat dari sejarah modern, ada tiga tahap perkembangan kebutuhan profesioanl di bidang K3. Di lingkungan kerja, profesi K3 terutama jenis profesi keselamatan kerja dan higiene industri akan banyak berhubungan dengan bidang-bidang lain seperti bagian produksi/proses (bagian dengan risk terbesar), bagian engineering, bagian SDM (sama-sama berorientasi pada manusia yakni pekerja), dsb.  
Selain hardskill atau pendidikan formal yang telah disebutkan di atas, beberapa kemampuan lain (softskill) yang juga dibutuhkan dalam profesi di bidang K3, meliputi detail-oriented, responsible, analytical with excellent problem-solving and communication skills, mempunyai creative ability and an imaginative nature, dan tentunya sebaiknya mempunyai passion yang tinggi di bidang K3. Namun yang perlu ditekankan adalah bahwa menjalani profesi di bidang K3 tidak selalu mengenai desain atau engineering, standar, aturan, policy, dan prosedur. Berprofesi di bidang K3 juga mengenai being helpful, caring about people, mengkomunikasikan hazards, attitude / behavior / perilaku dan pendekatan-pendekatan.

Bagikan

Jangan lewatkan

Profesi Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.